Pages

Sunday, 15 April 2018

Bedikir / Barzanji Ala Lembak Bengkulu


Kesenian sarafal anam oleh masyarakat Lembak sering disebut bedikir. Sarafal anam, yaitu kesenian islami yang diperkenalkan oleh para saudagar Arab. Kesenian sarafal anam mulai dikenal masyarakat Lembak beriringan masuknya agama islam di Bengkulu. Kesenian sarafal anam bukan asli milik orang Lembak karena suku-suku lain juga memiliki kesenian ini. Sarafal anam sebagai sarana penyebaran agama islam layaknya seperti wayang kulit di pulau jawa.

Masyarakat Lembak merupakan pemeluk agama islam menerima dan menjadikan kesenian sarafal anam sebagai kesenian tradisional yang terus dilestarikan. Adanya klop bedikir yang biasanya dilakukan seminggu sekali pada malam hari membuat kesenian sarafal anam masyarakat Lembak masih terjaga sampai sekarang. 

Bedikir yang disertai oleh tabuhan rebana yang membrannya terbuat dari kulit kambing dan badan rebana terbuat dari bongol kelapa. Kulit kambing yang digunakan adalah kulit kambing betina biar suaranya nyaring karena kulitnya tipis dan diikat dengan menggunakan rotan. Para pemain kesenian sarafal anam memakai wajib memakai sarung, baju koko/batik, serta peci. 

Kesenian sarafal anam yang dimainkan dengan rabana oleh pemain memiliki ritme pelan dan cepat. Kesenian tradisional ini oleh masyarakat Lembak disajikan pada acara perkawinan, acara membuang rambut cemar, aqiqah dan maulid nabi. Selain berfungsi sebagai acara adat juga berfungsi sebagai sarana hiburan. 

Dalam acara pernikahan Suku Lembak terbagi dua yaitu pernikahan biasa (tidak memakai adat) dan pernikahan memakai adat. Pernikahan biasa yaitu pernikahan seperti masyarakat umum lainnya yang adatnya sering disebut orgen tunggal. Sedangkan pernikahan dengan memakai adat yaitu disebut dengan kesenian bedikir/barzanji.

Sunday, 25 March 2018

Barong Landong Lembak Tanjung Agung


Barong Landong
Cipt. Drs. H.S. Effendi, MS

Bukan cerite wang bae
Memang nyate jak dulu
Ikak lah kesenian kite
Adik sanak jangan col tau

Badannye oi la beso nian
Palaknye seupek ke mate
Budaya Lembak Tanjung Agung
Barong Landong ikak namenye

Kenyat-kenyit nye bejoget
Serekainye seroman kematen
Ketang redap sibat-menyibat
Bertalu-talu

Pesta ngetam wang kite dulu
Tapannye di Balai Adat
Jangan sapai kite lupeke
Adat Lembak kite teruske

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Barong artinya orang-orangan, dan Landong artinya Tinggi besar. Barong Landong adalah kesenian tradisional berwujud sepasang boneka manusia besar mengenakan pakaian pengantin tradisional Bengkulu beserta aksesorisnya, terbuat dari kerangka anyaman bambu (bubu penangkap ikan) dan kepala dari jenis kayu pelampung (kayu pulai, basung, dan lain-lain). Tinggi barong landong antara 2 sampai 2,5 meter dengan rongga yang bisa memuat orang dewasa yang akan mengerakkan boneka sesuai irama musik pengiringnya. Diberi tangan dan kepala seperti manusia berparas lelaki dan perempuan, dan didandani seperti pengantin tradisional Bengkulu.

Barong Landong tersebut didandani memakai topi yang disebut singal dan pada zaman dulu mengenakan kain blongsong yang bersulam benang emas. Saat ini kain tersebut sudah sulit dicari dan digantikan dengan kain besurek khas Bengkulu. Barong Landong yang mempunyai berat masing-masing sekitar 15 kg tersebut dimainkan dengan digerak-gerakkan oleh orang yang masuk didalamnya dengan diiringi musik kulintang dan dol serta penari dengan jumlah keseluruhan pemain sekitar 10 orang. Kesenian rakyat yang bersifat hiburan musiman ini dimainkan di lapangan terbuka,  dengan durasi sekitar 90 menit.

Ketua Badan Musyawarah Adat Sulian Effendi mengatakan, kesenian ini berasal dari Kelurahan Tanjung Agung Pasar Genting Suku Lembak. "Ini warisan leluhur yang bisa dimainkan saat masyarkat lembak bersuka ria seperti panen padi, menyambut tamu agung dan kegiatan besar lain," ujar Effendi. Bentuk tarian yang dibuka dan ditutup dengan gendang serunai yang melodis seirama dengan gerakan tari diikuti pukulan alat musik kletang, redap, dan gong dengan irama nyanyian burung lanting. "Nyanyian sepasang burung lanting yang datang sebelum musim hujan tetap menjadi pedoman sebelum masuk masa menanam benih," kata Effendi.

Pelaku kesenian Barong Landong terdiri dari pemain yang secara begantian akan memainkan atau menggerakkan boneka, penabuh gendang, kelintang, dan penyanyi atau sinden. Gerakan Barong Landong yang lucu berkeliling diantara penonton, biasanya menggambarkan suasana hati sepasang pengantin yang sedang berkasih-kasihan. Sesekali diselingi pula dengan menampilan fragmen pengantin yang sedang merajuk atau kesal terhadap pasangannya.

Barong Landong yang juga disebut wang beso (orang besar) telah berkembang sejak zaman Belanda. Pada waktu Jepang semua bentuk kesenian dilarang. Setelah merdeka kembali dimainkan, namun sekarang hampir tidak pernah lagi dimainkan. Pendukung kesenian ini adalah Suku Lembak yang bermukim disekitar Kota Bengkulu.

Sumber :


Saturday, 17 March 2018

Rumah Adat Suku Lembak Bengkulu



HERI APRIZAL, Kota Bengkulu

Rumah bubungan lima adalah rumah adat dari daerah Bengkulu. Diperkirakan sudah ada dibengkulu sejak tahun 1916-an. Rumah bubungan lima merupakan rumah adat masyarakat melayu lembak. Selain sebagai rumah tinggal, rumah adat bubungan lima memiliki fungsi khusus yaitu merupakan rumah yang khusus dipergunakan untuk keperluan ritual adat atau acara adat seperti penyambutan tamu, kelahiran, perkawinan, atau kematian.

Syair lagu berjudul Uma Tue (rumah tua) ciptaan Syafrudin itu menggambarkan bentuk Rumah Tua Bubungan Limas. Diawal syair dijelaskan, atap berbentuk limas. Terdiri dari sepuluh ruang, tiangnya dilapisi batu, dan dilengkapi tulisan doa-doa agar penghuninya aman saat menunggunya.

Rumah tradisional Bengkulu ini termasuk tipe rumah panggung berdinding papan. Rumah panggung dirancang untuk melindungi penghuninya dari banjir dan hewan buas. Disamping itu bagian bawah rumah panggung juga dapat dipergunakan untuk menyimpan gerobak, hasil panen, alat-alat pertanian, sulang kayu (kayu bakar), dan juga berfungsi sebagai kandang hewan ternak.

Rumah bubungan lima dibuat dari bahan kayu medang kemuning atau surian balam. Kayu ini memiliki kelebihan berkarakter halus namun tahan lama. Bentuk rumah bubungan lima berupa rumah panggung yang ditopang dengan beberapa tiang penyangga, umumnya terdiri dari 15 tiang dengan tinggi mencapai 1,8 meter. Uniknya, tiang rumah ini berlapik (beralas) batu. Diyakini tidak akan lapuk dan tahan terhadap goncangan gempa bumi. Memiliki atap dari ijuk enau atau sirap berbentuk limas, dengan tinggi bubungan mencapai 3,5 meter. memiliki lantai yang terbuat dari kayu. Untuk masuk kedalam rumah terdapat dua tangga di bagian depan dan belakang yang biasanya anak tangganya berjumlah ganjil sesuai dengan arahan adat yang berlaku di Bengkulu.

Salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat saat hendak menunggu rumah, yakni upacara menaikkan bubungan. Bubungan rumah digantung dengan tebu hitam sebatang, pisang mas setandan, kondo (kundur), setawar sedingin. “Di tulang bubungan diberi kain putih yang sudah diraja (ditulis dengan doa-doa).

Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Kota Bengkulu Drs. H.S. Effendi, MS menjelaskan,

Atap / bubungannya limas atau orang lembak juga menyebutnya dengan bubungan lime, memiliki bubungannya agak lebih tinggi daripada bubungan rumah adat di jawa dan tidak terletak ditanah karena tinggi memakai tiang agar terhindar dari binatang buas dan sebagainya.

Uma Tue memiliki beberapa bagian berupa :

-  Berendo (ruang tamu)
-  Hall (ruang tamu khusus)
-  Bilik Beso (bilik orang tua)
-  Bilik Gadis (ruang tidur anak perempuan)
-  Bilik Bujang ( ruang tidur anak laki-laki)
-  Ruang Tengah
-  Ruang Makan
-  Garang
-  Dapur, dan
-  Berendo Belakang

Berendo
Tempat menerima tamu yang belum dikenal, atau tamu yang hanya menyampaikan suatu pesan (sebentar). Selain itu juga dipergunakan untuk bersantai pada pagi atau sore hari. Bagi anak-anak, berendo juga sering dipergunakan untuk bermain congkak, karet, dll

Hall
Ruang untuk menerima tamu yang sudah dikenal baik, keluarga dekat, atau orang yang disegani. Ruangan ini juga digunakan untuk tempat cengkrama keluarga pada malam hari, ruangan belajar bagi anak-anak, dan sewaktu-waktu ruang ini digunakan untuk selamatan atau mufakat sanak famili.

Bilik Beso
Bilik Beso atau bilik induk merupakan kamar tidur bagi kepala keluarga (suami istri) serta anak-anak yang masih kecil.

Bilik Gadis
Biasanya terdapat pada keluarga yang memiliki anak gadis, merupakan kamar bagi Si Anak Gadis. Selain untuk tidur juga digunakan untuk bersolek. Bilik gadis biasanya berdampingan dengan bilik beso, demi keamanan dan kemudahan pengawasan terhadap anak gadis mereka.

Bilik Bujang
Seperti halnya bilik gadis, bilik bujang diperuntukan bagi anak laki-laki dalam keluarga.

Ruang Tengah
Biasanya dikosongkan dari perabot rumah, dan di sudutnya disediakan beberapa helai tikar bergulung karena fungsi utamanya adalah untuk menerima tamu bagi ibu rumah tangga atau keluarga dekat bagi si gadis. Di samping itu juga sering dipakai sebagai tempat belajar mengaji. Bagi keluarga yang tidak memilki kamar bujang tersendiri, kadang-kadang dipakai untuk tempat tidur anak bujang.

Ruang Makan
Tempat makan keluarga. Pada rumah kecil biasanya tidak terdapat ruang makan, mereka makan di ruang tengah. Bila ada tamu bukan keluarga dekat, maka untuk mengajak tamu makan bersama digunakan hall, bukan di ruang makan.

Garang
Terbuat dari bambu yang bulat-bulat diatur sedemikian rupa, sebagai tempat penyimpanan tempayan air atau gerigik atau tempat air lainnya, juga dipakai untuk tempat mencuci piring dan mencuci kaki sebelum masuk rumah atau dapur.

Dapur
Ada amben untuk meletakkan sesuatu dan tempat duduk-duduk, dan ada tungku betanak terbuat dari tanah dicampur dengan pasir dan diatasnya terdapat papi untuk tempat mengasap/meletakkan makanan.

Berendo Belakang
Serambi belakang, tempat bersantai bagi kaum wanita pada siang atau sore hari, melepas lelah setelah mengerjakan tugas, tempat mengobrol.

Ada Seni / ornamen yang terpasang pada uma tue. Biasanya dibuat ukiran bermacam-macam seperti ada kumbang jati. Untuk dinding ada ukiran-ukiran misalnya keluk paku (relung paku), paku lenkene yang berputar-putar mengambarkan pohon kehidupan sehingga tidak terputus-putus karena tidak ada putusnya kehidupan manusia, baik sesama orang yang hidup maupun hubungan antara orang yang hidup dengan orang yang sudah mati, begitulah filosofisnya.

Orang dahulu penuh dengan lambang-lambang, yang mencerminkan bagaimana hubungan manusia dengan tuhan yaitu ditulis beragam macam ayat dan juga hubungan manusia dengan alam supaya kayu yang diperoleh juga jadi bersih dari kayu yang terlarang/keramat untuk diambil karena ada setan dan sebagainya.

Referensi :

Saturday, 10 March 2018

Tumbuhan Obat Suku Lembak Delapan

Ariefa Primair Yani / FKIP Universitas Bengkulu

Diperoleh 30 jenis tumbuhan sebagai obat oleh Suku Lembak Delapan. Penyakit-penyakit yang diobati secara tradisional oleh suku Lembak Delapan adalah, penyakit perut kembung, sembelit, sigugut, panas tinggi, untuk mendapatkan keturunan, sakit kuning, tubuh kurus kering, mencret-mencret, darah tinggi, batuk kering, batuk darah, muntaber, rasa pahit mata kuning, ngelang sakit perut melilit, kepala pusing, terkilir, asma bengek, dan panas tinggi badan mengigil.

No
Tumbuhan Obat
Jenis Penyakit yang disembuhkan
Bagian Tumbuhan
1.
Urena lobata (sipulut kuning)
Senggugut
Daun
2.
Cocos nucifera (kelapa hijau)
Panas dalam, Patah tulang
Air, Minyak, Kelapa
3.
Peronema canescens (sungkai)
Demam tinggi, Malaria,
Menjaga kesehatan
Daun muda
4.
Gardenia augusta
(bungo kembang kelapo)
Pusing berat
Akar, Daun
5.
Justicia gendarusa (gandarusa)
Demam, Sakit sendi
Daun
6.
Coleus scutellarioides (iler)
Gangguan pencernaan
Daun
7.
Rhodaminia cinerea (marapuyan)
Gatal pada kemaluan
Daun
8.
Graptophyllum sp (pudding merah)
Ambeien, Habis melahirkan
Daun
9.
Crinum sp (kembang tunjung )
Ambeien, Patah tulang, Keseleo
Daun
10.
Carica papaya (kates lanang)
Susah punya anak
Akar
11.
Costus speciosus (setaro)
Sakit perut melilit
Daun
12.
Alpina galanga (pedas)
Minuman habis melahirkan
Rimpang
13.
Psidium guajava (jambu biji merah)
Sakit perut, Diare, Sembelit
Daun
14.
Andropogon sp (serai)
Sakit perut
Batang
15.
Curcuma sp (bangle)
Supaya anak tidak rewel
Rimpang
16.
Cassia alata (ketepeng)
Panu, Sakit kulit, Alergi
Daun
17.
Piper betle (sirih)
Kesapo, Mata, Membersihkan
luka pasca melahirkan, Luka
baru, Sakit telinga
Daun
18.
Areca catechu (pinang )
Kesapo, Sakit telinga
Buah
19.
Murraya paniculata (kemuning)
Sesak nafas
Daun , Akar
20.
Citrus sp (limau/ jeruk purut)
Sakit kuning, Stress,
Memperkuat kandungan
Daun, Buah
21.
Tamarindus indica (asam jawa )
Batuk kering
Buah
22.
Ocimum sp (selasih)
Panas dalam, Setep, Mual
Biji, Daun, Batang, Bunga
23.
Averhoa carambola
(belimbing manis)
Darah tinggi
Daun
24.
Cucurma domestika (kunyit )
Sakit perut, Diare
Rimpang
25.
Morinda citrifolia (mengkudu)
Sakit sendi, Magh
Buah, Daun
26.
Annona muricata (sirsat)
Malaria, Magh, Tumor
Daun, Bunga
27.
Artocarphus sp (sukun)
Batu ginjal
Daun , Batang,
Akar anak sukun
28.
Jatropha curcas (jarak pagar putih)
Perut kembung, Diare
Daun
29.
Orthosipon spicatus (kumis kucing)
Batu ginjal, Sakit pinggang
Daun, Batang, Akar
30.
Andrographis paniculata (sambiloto)
Nafsu makan, Tubuh kurus kering
Daun

Berdasarkan pengobatan Suku Lembak Delapan penduduk Kabupaten Bengkulu Tengah, terdapat 49 jenis penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan ramuan dari 30 jenis tumbuhan obat. Penggunaan jenis-jenis tumbuhan sebagai bahan obat, dapat digunakan secara tunggal atau secara ramuan. 

Bagian (organ) tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan tradisional Suku Lembak Delapan adalah, organ daun (90%), organ batang (3,33%), organ akar (10%), organ rimpang (10%), buah (6,66%). biji (3,33%), air/minyak (3,33%). Biji (3,33%). Dalam pengobatan dilakukan dengan cara, memboreh, menampal, membungkus , mengoles, merebus dan diminum airnya, mengompres, dan merendam. 

Dalam menggunakan tumbuhan untuk pengobatan secara tradisional Suku Lembak Delapan, tetap memelihara / melestarikan pengetahuan dan keterampilannya yang diperoleh secara turun temurun.


Sumber : Kearifan Lokal Penggunaan Tumbuhan Obat Oleh Suku Lembak Delapan Di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu