Secara historis, suku Basemah (Pasemah) dulunya hanya merupakan suatu kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah pedalaman di Sumatera Selatan. Suku Pasemah ini diidentikkan dengan masyarakat yang bermukim di daerah perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dengan Provinsi Bengkulu.
Kata Besemah konon berawal dari "kekagetan" Atong Bungsu, puyang (nenek moyang) mereka ketika melihat banyaknya ikan "Semah" di sebuah sungai yang mengalir di lembah Dempo. Menyaksikan ikan itu, tiba-tiba terucap dari mulut Atong Bungsu kalimat; Besemah..., Besemah...! yang artinya di sungai itu ada (banyak) ikan semahnya.
Kebanyakan suku di daerah Bengkulu Selatan adalah Suku Serawai, namun Kedurang dan Padang Guci yang termasuk ke Suku Pasemah. Pasemah sendiri sebenarnya adalah sebuah tempat di daerah Sumatera selatan, namun jaraknya dengan Kedurang hanya dibatasi oleh Bukit Barisan.
Bahasa Kedurang sama dengan bahasa Pasemah yaitu berdialek “e”. Berbeda dengan suku serawai yang berdialek “o” dan “au”. Bahasa yang tampak membedakan seperti : Dide yang berarti tidak, dalam bahasa Serawai : Nido atau Nidaw. Dalam dialek Kedurang, huruf “R” sering diucapkan dengan “Ngh”. Seperti nghungau atau begadang bila disebutkan dalam bahasa Indonesia disebutkan rungau.
Sumber :
- http://abanx-gian.blogspot.co.id/2012/05/cerita-rakyat-bengkulu-selatan-adat.html
- http://kedurangclub.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-singkat-pasemah.html
No comments:
Post a Comment