Didalam pengamalan ibadah ada
cara orang untuk melakukan ibadah menurut caranya masing-masing. Terkadang, pengamalan
ibadah yang tidak seperti Rasulullah langsung di Cap Bid’ah. Untuk itu pada
kali ini Ane akan mencoba menulis berbagai jenis bid’ah, apakah ini baik apa
buruk. Jangan langsung memvonis kalau ibadah ini bid’ah dan hukumnya neraka,
nanti malah nanti menjadi fitnah dua tanduk setan.
Dalam hal bid’ah, Ane membaginya
menjadi 2 yaitu Bid’ah Syirik dan Bid’ah Amal. Bid’ah yang sesungguhnya
berbahaya Bid’ah Syirik, karena itu telah merusak tauhid dan ini jelas
ancamannya neraka, baik itu yang secara jelas maupun secara subuhat atau
remang-remang. Sedangkan yang kedua yaitu Bid’ah Amal. Nah, Bid’ah Amal inilah
yang sifatnya abstrak. Kita tidak bisa langsung memvonis kalau Bid’ah Amal itu sesat.
Karena mengandung kerancuan, dan setiap orang memiliki caranya masing-masing
dalam beribadah/beramal kepada Alloh yang Maha Esa.
Menurut Ane ajaran Wahabi itu bagus,
karena beribadah sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah dan meninggalkan
apa yang tidak dikerjakan oleh Rasulullah. Akan tetapi, kesalahan aktivisnya
yaitu terlalu menekankan terhadap Bid’ah Amal, bukannya Bid’ah Syirik. Sebenarnya
yang berbahaya itu adalah Bid’ah Syirik. Sedangkan Bid’ah Amal itu sifatnya
abstrak/rancu. Dan perlu Ane tekankan bahwa, tidak semua umat muslim yang
melakukan Bid’ah Amal melakukan Bid’ah Syirik. Ini perlu menjadi catatan
penting, karena kalau tidak akan menjadi fitnah dua tanduk setan.
Sekarang Ane akan mengklarifikasi
jenis-jenis Bid’ah Amal apakah ini baik atau buruk. Bid’ah Amal sudah ada sejak
zaman para sahabat Rasulullah. Ane berikan contoh, seperti Umar bin Khatab
melakukan Bid’ah Amal terbesar dalam sejarah hidupnya yaitu Shalat Teraweh
berjamaah, dan Umar bin Khatab secara terang-terangan mengatakan bahwa apa yang
dilakukannya itu adalah Bid’ah. Contoh kedua, dilakukan oleh Usman bin Afan
yaitu melakukan azan dua kali menjelang shalat Jum’at. Dan itu tak pernah
diajarkan oleh Rasulullah. Nah.. sekarang, apakah kedua sahabat dekat
Rasulullah ini langsung di vonis masuk neraka. Tentu tidak kan... Oleh karena itu Bid’ah amal itu belum bisa
dibilang sesat, karena sifanya abstrak/rancu.
Contoh ketiga, yaitu Ruqyah. Abu Said
al-Khudri dan para sahabat pernah diminta untuk meruqyah seorang pemimpin perkampungan
disalah satu lembah Arab. Ketika kembali ke Madinah mereka mengabarkan kepada Rasulullah,
lalu Rasul bersabda kepada Abu Saud al-Khudri: “Dengan apa kamu meruqyah?” Abu Said al-Khudri menjawab: “Dengan Al-Faatihah.” Lalu Rasulullah
mengakui perbuatan mereka (tanda setuju). Ini jelas bahwa Abu Said al-Khudri
tidak menunggu hingga mendengar satu Nash dari Rasulullah tentang Ruqyah. Ini sebenarnya
adalah bisa disebut Bid’ah, kemudian Rasulullah menyetujui apa yang dilakukan
oleh Abu Said al-Khudri.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabus Salam, bahwa orang-orang
berkata:
“ Wahai Rasulullah, kami dahulu meruqyah dimasa Jahiliyah”, Lalu Rasulullah bersabda: Kemukakanlah Ruqyah kalian kepadaku, tidaklah mengapa dengan Ruqyah selama tidak berupa kemusrikan. (HR. Muslim)
Dari hadis ini kita menyimpulkan
bolehnya merukyah dengan Al-Quran, as-sunah, dan doa-doa, atau lainnya selama
tidak mengandung kemusyrikan.
Dari uraian diatas dapatlah kita
tarik kesimpulan bahwa, amalan ibadah apa saja itu boleh dilakukan selama tidak
mengandung kemusyrikan. Nah.. yang sekarang kita perangi yaitu Bid’ah Syirik. Bid’ah
Syirik yaitu meminta pertolongan selain kepada Alloh SWT. Misalnya beristigosah
meminta pertolongan kepada Rasulullah. Tapi kalo beristigosah meminta
pertolongan kepada Alloh ya, tak mengapa. Kemudian meminta pertolongan kepada Syekh
Abdul Kadir adalah perbuatan Bid’ah Syirik. Meminta sesuatu kekuburan orang
saleh, Juga menyembelih hewan untuk membayar nazar selain kepada Alloh adalah
perbuatan Syirik.
Oleh, sebab itu marilah kita
menghindari dari perbuatan Bid’ah yang mengandung unsur Syirik. Untuk apa
mempertahankan sesuatu hanya karena gengsi ormas tapi melupakan tauhid. Dan Ane
juga memperingatkan dan menekankan pada postingan sebelumnya untuk tidak saling
bergolong-golongan. Karena umat islam itu satu, tidak terpisah oleh berbagai
macam aliran. Demikian Saja postingan singkat dari saya semoga dapat
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment