Pada postingan kali ini, saya akan menjelaskan tentang tabot bukan kebudayaan lembak. Mengapa saya menulis demikian? Ini karena teman saya yang mengatakan bahwa kalo orang lembak juga membuat tabot, menurut saya dia itu gagal paham karena waktu kami sekolah kami diberi pelajaran muatan lokal tentang tabot.
Oke, kita mulai saja. Dulu waktu kami masih sekolah yaitu waktu masih duduk di bangku SMP kelas 1, kami diberikan mata pelajaran muatan lokal tentang kebudayaan tabot. Kemungkinan besar yang membuat orang gagal paham yaitu disebabkan oleh faktor yaitu materi pelajaran, dan siswa itu sendiri.
Faktor pertama yaitu materi pelajaran, mengapa ini menyebabkan siswa jadi gagal paham? Karena pada materi awal dalam pelajaran ini disebutkan bahwa suku asli kota Bengkulu terdiri dari 2 suku asli yaitu :
1. Suku Melayu Bengkulu
2. Suku Lembak Bengkulu
Mungkin disinilah terjadinya gagal paham, karena terdapat dalam materi awal tentang pelajaran tabot, mungkin para siswa menyangka bahwa kedua suku tersebut yang membuat tabot.
Faktor berikutnya adalah siswa itu sendiri yang gagal paham mencerna materi pelajaran seperti yang terjadi pada teman saya itu. Ibarat pepatah malu bertanya sesat dijalan. Sepertinya harus banyak minum Aqua seperti di iklan "ADA AQUA? ".
Saya jelaskan sedikit bahwa yang membuat tabot disebut dengan kaum sipai (Kaluarga Tabot Bengkulu), yang dulu berasimilasi dengan orang pesisir pantai Bengkulu yaitu orang melayu Bengkulu, kemudian terjadilah akulturasi budaya menjadi kebudayaan tabot Bengkulu. Akan tetapi tidak semua orang melayu Bengkulu membuat tabot, melainkan yang masih keturunan dari orang sipai tersebut.
Saya yakin mungkin banyak teman-teman lain yang juga gagal paham, bukan hanya teman saya yang satu itu. Makanya harus banyak minum Aqua. The End.
Published by : Blogkasihpunya
No comments:
Post a Comment