أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak? (An Naba', 78: 6-7)
وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. (An Nahl, 16:15)
وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh (Al-Nazi’at, 79:32)
وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
""Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk" (Al-Ambiya' : 31)
Fungsi gunung sebagai pasak yaitu untuk menstabilkan bumi agar seluruh bumi tidak bergoncang. Sebuah buku berjudul Earth adalah buku pegangan rujukan di banyak universitas di seluruh dunia. Salah seorang pengarangnya adalah Profesor Emeritus Frank Press. Ia adalah Penasehat Ilmu Pengetahuan dari mantan Presiden Amerika Jimmy Carter dan selama 12 tahun menjadi presiden dari National Academy of Sciences, Washington, DC. Buku tersebut menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar di bawah mereka. Akar ini menghunjam dalam, sehingga seolah gunung-gunung mempunyai bentuk bagaikan pasak (lihat gambar 7 dan 8).
Gambar 7. Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah. (Earth, Press dan Siever, hal. 413)
Gambar 8. Bagan potongan melintang. Gunung-gunung, sebagaimana pasak, memiliki akar yang menghunjam di bawah tanah. (Anatomy of the Earth, Cailleux, hal. 220)
Ilmu bumi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata "pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19.
Mungkin kita bertanya-tanya mengapa gunung diciptakan sebagai pasak, sebagai pancang bumi? Seperti kita ketahui total massa planet bumi diperkirakan mencapai enam ribu triylun ton. Hal ini jelas tidak sepadan jika dibandingkan dengan total berat massa gunung di muka bumi. Begitu juga dengan ketinggian gunung yang jauh dibandingkan dengan jari-jari bumi. Misalnya saja puncak tertinggi gunung yang diwakili oleh Puncak Everest di pegungungan Himalaya hanya mencapai 8.848 meter. Bandingkan dengan jari-jari lingkaran bumi yang mencapai 6.378 kilometer dalam hal ini diwakili oleh panjang diameter bumi di khatulistiwa 12.756 kilometer (diameter adalah dua kali jari-jari). Sedangkan cekungan terdalam yang ada bumi diwakili oleh Challenger Deep di Palung Mariyana di dekat kepulauan Filipina. Challlenger Deep ini memiliki kedalaman 23% lebih dalam dari puncak Everest. Dari sini bandingkan betapa pendeknya relief permukaan bumi jika dibandingkan dengan jari-jari bumi.
Oleh karena itu muncul pertanyaan, bagaimana semua itu bisa terjadi? Bagaimana bisa gunung membuat bumi stabil, padahal berat massa dan tingginya tidak seberapa jika dibandingkan dengan berat massa bumi dan jari-jari bumi? Misteri ini mulai terjawab pada abad ke-20 setelah para ilmuwan menguak bahwa pada lapisan kerak bumi terdapat rekahan-rekahan dengan bentangan mencapai puluhan ribu kilometer. Rekahan-rekahan ini terjadi di berbagai penjuru bumi hingga kedalaman puluhan kilometer sehingga menyebabkan lapisan kerak bumi (crust) terbelah menjadi lempengan-lempengan yang saling terpisah. Karena berada di atas lapisan asthenopher yang lembek, plastis, sangat padat, dan bertemperatur tinggi, lempengan-lempengan kerak bumi ini seakan-akan mengapung. Seperti kita ketahui lapisan bumi semakin dalam semakin panas dan bertekanan tinggi. Hukum fisika dasar menyatakan arus perpindahan panas terjadi dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah dan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah untuk menjaga kesetimbangan. Begitu juga dengan lapisan bumi, perpindahan panas konveksi yang terjadi pada lapisan inti bumi ke permukaan bumi akan menjadi tenaga pendorong proses global lempeng tektonik. Sehingga arus konveksi pada lapisan asthenospher membuat lempengan-lempengan itu bergerak dan berinteraksi; ada yang saling menjauh (interaksi divergen), ada yang bertabrakan (interaksi konvergen), ada pula yang bersinggungan (transform).
Pada interaksi konvergen atau subduksi terjadi tabrakan antar dua lempeng kerak bumi. Karena adanya perbedaan densitas maka salah satu lempeng itu menghujan ke bawah, sementara lempeng lainnya terlipat atau menggumpal ke atas membentuk tonjolan berupa rangkaian pengunungan (mountain range). Bila yang bertabrakan adalah dua lempeng benua (continental crust) maka hujaman salah satu lempengnya akan lebih dalam, karena ketebalan lempeng benua yang cukup besar. Akibat hujaman itu, setiap gunung memiliki hujaman ke bawah, yang kedalamannya lebih panjang dibandingkan ketinggian di permukaan bumi. Lempengan yang menghujam ke bawah itu laksana “pasak-pasak” tenda yang dipancangkan ke perut bumi sehingga lempeng-lempeng kerak bumi yang mengapung diatas asthenospher menjadi kokoh. Sementara itu, ketika lempeng benua bertabrakan, lempeng bagian bawah yang memiliki tekanan tinggi dan suhu yang tinggi serta konsentrasi air yang tinggi akan bergabung dan mencairkan beberapa mineral, batu-batuan cair yang membentuk struktur bulat (seperti sebuah lampu lava) dari magma yang kaya akan silica. Struktur ini dinamai pluton yang diambil dari nama dewa Yunani kuno “Pluto” yang berarti neraka. Beberapa pluton yang tidak mencapai permukaan akan mendingin dan mengkristal bersama granit batuan benua yang berada jauh di bawah permukaan bumi. Dan beberapa diantaranya akan membentuk jalur di permukaan bumi dan meletus sebagai rantai gunung berapi yang disebut sebagai “volcanic arc”.
Fenomena bertabraknya dua lempengan benua dapat disaksikan pada pegunungan Himalaya. Para pakar menjelaskan bahwa pengunungan Himalaya terbentuk akibat gerakan lempeng anak benua India yang bertumbukan dengan lempeng benua Asia. Ini semua dikehendaki Allah agar daratan-daratan di permukaan bumi bisa dihuni manusia.
Selain sebagai pasak, gunung juga berperan untuk meredam guncangan akibat rotasi dan gerak presisi sumbu bumi. Bebeapa ilmuwan menyatakan bahwa bentuk bumi tidaklah bulat sempurna melainkan agak lonjong yaitu menggelembung di sepanjang garis khatulistiwa dan memipih di bagian kutub sebagai akibat oleh gerakan rotasi bumi. Bentuk bumi yang lonjong ini meyebabkan gerkan rotasi bumi goyah/miring (seperti putaran gasing) yang dikenal dengan kisaran presisi (precission cycle). Gerak rotasi ini tidaklah stabil melainkan limbung dan menimbulkan guncangan yang disebabkan oleh kekuatan gravitasi matahari (di satu sisi), dan gravitasi bulan (di sisi lain), yang besar kecilnya tergantung pada posisi bumi terhadap keduanya. Berkat adanya gunung dengan akarnya yang menghujam ke perut bumi, guncangan-guncangan itu dapat diredam sehingga rotasi bumi berlangsung relative lebih stabil. Peran gunung disini ibarat bola-bola timah (convenyor belt) yang ditujukan untuk meredam guncangan roda mobil saat berputar.
Fakta ilmiah yang baru terpecahkan pada abad modern ini telah disampaikan oleh Al Quran 1400 tahun yang lalu kepada seorang nabi yang ketika itu umatnya masih buta huruf. Mukjizat ini hanya mungkin berasal dari Al Quran yang berasal dari Allah Sang Maha Pencipta, Maha Berilmu yang telah menurunkannya kepada Muhammad saw sebagai pembawa risalah terakhir. Risalah tersebut tetap terjaga sampai sekarang yang telah membawa kita semua kedalam jaman penuh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua ini menjadi bukti bahwa Al Quran adalah firman Allah swt dan bahwa Muhammad saw adalah nabi dan rasul utusan Allah. Semoga hal ini membuat kita semakin meningkatkan iman kita, iman kepada kitabNya, RasulNya sehingga kita senantiasa menjadi hambaNya yang selalu bersyukur di tengah duka, cobaan dan bencana yang menimpa kita. Shalawat, salam, dan berkah semoga selalu tercurah kepadanya, keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta orang yang mengikuti petunjuknya. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Sumber Copas :
No comments:
Post a Comment