Pages

Saturday 3 February 2018

Surat At-Tahriim 1-5 tentang Madu atau Maria Al-Qibthiyah ?

Tafsir surat At-Tahriim 1-5    Allah Swt. berfirman : Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu? Kamu ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS At-Tahriim 66 : 1).    Imam Al-Qurthubi menafsirkan ayat di atas, dengan menukil Hadis Riwayat Muslim dalam Shahihnya, dari ‘Aisyah r.a., dia meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Saw. bermalam di rumah Zainab binti Jahsy beliau meminum madu. Lalu ‘Aisyah berkonspirasi dengan Hafshah, dan mereka membuat kesepakatan, siapa di antara mereka yang mampu membuat Rasulullah Saw mengiyakan pertanyaan, “Apakah engkau memakan maghafir’?” saat beliau masuk ke rumah mereka.    Akhirya, tibalah waktunya Nabi menunaikan giliran dengan salah satu dari kedua istri Nabi tersebut, dan kemudian beliau disodori pertanyaan tadi, yaitu “Aku mencium bau sesuatu darimu, apakah engkau telah memakan maghafir? ” Nabi menjawab, Tidak, aku hanya minum madu ketika berada di rumah Zainab binti Jahsy. Tapi, aku tidak akan pernah mengulanginya lagi (minum madu).” Lalu, turunlah ayat diatas.    Sementara itu, ‘Aisyah dan Hafshah juga disindir dengan firman Allah Swt :    Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran). Sedangkan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang Mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula (QS At-Tahriim 66 : 4).    Sedangkan firman Allah Swt : Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya (Hafshah) suatu peristiwa (QS Al-Talgrim 66 : 3)     Turun sebagai penjelasan dan respons terhadap sabda Nabi Saw, “Saya hanya minum madu.” Masih diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., dia mangatakan bahwa Rasulullah Saw menyukai makanan yang manis-manis dan madu. Di antara rutinitas Rasulullah Saw, jika beliau telah menunaikan shalat asar, beliau selalu mengelilingi rumah istri-istrinya dan mendekati mereka. Hingga suatu ketika beliau masuk ke rumah Hafshah dalam waktu yang lebih lama dari biasanya. Lalu aku pun menanyakan alasan beliau berlama-lama di sana. Hafshah menjawab, “Ada seorang perempuan yang menghadiahkan satu bejana madu sebagai persembahan dari kaumnya.  Madu tersebut saya suguhkan sebagai minuman bagi Rasulullah, saat beliau berada di rumahku.”    ‘Aisyah berkata, “Demi Allah, kami atas nama istri-istri beliau, pasti akan melakukan konspirasi kepada beliau.” Lalu, rencana tersebut dia utarakan kepada Saudah. ‘Aisyah berkata kepadanya, “Wahai Saudah, ketika Rasul masuk ke rumahmu, beliau pasti akan mendekatimu. Jika beliau mendekat, tanyakan kepada beliau, “Apakah engkau telah memakan maghafir? Dan beliau pasti akan menjawab, “Tidak.” Oleh karena itu, susul dengan pertanyaan selanjutnya, “Lalu, wangi apakah ini?”—karena Nabi memang sangat wangi dan menyukai wewangian—Maka, beliau akan menjawab, “Hafshah telah menyuguhiku minuman madu.” Jika beliau mengatakan hal tersebut, katakan kepada Nabi, “Engkau telah memakan madu lebah ‘urfuth (yang mengandung wangi mirip khamar).”    Begitupun, ‘Aisyah juga meminta Shafiyyah untuk melakukan hal yang sama. ‘Aisyah beralasan, “Aku juga akan melakukan hal tersebut.”    Rencana konspirasi ‘Aisyah tampaknya membuahkan hasil. Saudah bercerita, “Demi Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Hampir saja aku menyambut beliau dengan pertanyaan yang engkau sarankan, wahai Aisyah. Sesungguhnya beliau masih berada di depan pintu.”    Maka, pada saat Rasul masuk ke rumah Saudah r.a., dia bertanya kepada beliau, “Wahai Rasul, apakah engkau telah memakan maghafir (makanan yang baunya tidak sedap)?” Nabi Saw menjawab, “Tidak.” Dia bertanya lagi, “Lantas, wangi apakah ini?” Rasulullah Saw menjawab, “Ini adalah wangi madu. Saat saya berada di rumah Hafshah, saya disuguhi mimunan madu olehnya. Lebah madu telah memakan tanaman ‘urquth (pohon yang berbau tidak sedap).”    “Tibalah waktunya Nabi memasuki rumahku,”begitu gumam Aisyah. Tentunya, dia pun mengatakan hal yang serupa. Demikian pula, ketika Rasulullah Saw masuk ke rumah Shafiyyah, Nabi ditanya dengan pertanyaan yang sama. Namun, ketika Rasul masuk ke rumah Hafshah, dia (Hafshah) berkata, “Wahai Rasul, maukah engkau aku berikan minuman madu lagi?” Ternyata, Rasulullah Saw menjawab, “Sekarang, aku tidak perlu minum madu lagi.”    Aisyah melanjutkan ceritanya bahwa ketika mendengar kabar Nabi menjawab dengan ungkapan tersebut, Saudah berkata, “Subhanallah, demi Allah, kita telah rnembuat Nabi mengharamkan madu untuk dikonsumsi diri beliau.” Lalu ‘Aisyah menanggapi, “Wahai Saudah, diamlah.”    Kesimpulan, dari semua literatur Islam yang kita baca diaatas perihal kisah ini maka dapat disimpulkan bahwa istri yang menyuguhkan minuman madu untuk Rasulullah Saw adalah Hafshah. Namun, jika kita memerhatikan riwayat sebelumnya, diterangkan bahwa Nabi Saw meminum madu saat berada di rumah Zainab binti Jahsy.    Bahkan, dalam riwayat yang lain dari Ibn Abi Malikah, dari Ibn Abbas, disebutkan bahwa Nabi meminum madu di rumah Saudah r.a. Ada juga yang berpendapat berdasarkan riwayat Asbath dari Al-Sudi, bahwa istri Nabi tersebut adalah Ummu Salamah. ‘Atha’ ibn Abi Muslim juga berpendapat demikian. Namun, Ibn Al-‘Arabi berkomentar, “Pendapat tersebut adalah dugaan yang tidak berdasarkan ilmu sama sekali.”    Jadi, sebab-sebab turunnya surah At-Tahrim (ayat 1-5) pada kisah yang dituding sebagai “kisah antara Maria dan Muhammad SAW”  adalah pendapat yang lemah. Maka yang benar adalah seputar pengharaman madu, yang sanadnya langsung dari Aisyah yang kemudian dinukil dalam sebuah Hadist Shahih riwayat Bukhari-Muslim :    Hadits Shahih Bukhari No 4862 :    Telah menceritakan kepadaku [Al Hasan bin Muhammad bin Shabbah] Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj] dari [Ibnu Juraij] ia berkata; [Atha`] berdalih bahwa ia mendengar [Ubaid bin Umair] berkata; Aku mendengar [Aisyah] radliallahu ‘anha berkata; Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah singgah di rumah Zainab binti Jahsy dan beliau juga minum madu di situ. Lalu aku dan Hafshah saling berpesan, bahwa siapa saja di antara kita yang ditemu oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendaklah ia berkata, “Sesungguhnya aku mendapatkan bau Maghafir. Apakah Anda habis makan maghafir?” akhirnya beliau pun masuk menemui salah seorang dari keduanya dan ia mengungkapkan kalimat itu pada beliau. Akhirnya beliau bersabda: “Tidak, akan tetapi aku hanya minum madu di tempat Zainab binti Jahsyin dan aku tidak akan mengulanginya lagi.” Maka turunlah ayat: “Wahai Nabi, kenapa kamu mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah…” hingga firman-Nya: “Jika kalian berdua bertaubat..” yakni kepada Aisyah dan Hafshah.”.. adapun kutipan ayat “Dan ketika Nabi berkata rahasia kepada sebagian isterinya…” yakni terkait dengan sabda beliau: “Bahkan aku hanya minum madu.”    Hadits Shahih Bukhari No 4863 :    Telah menceritakan kepada kami [Farwah bin Abu Al Maghra`] Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dari [Hisyam bin Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu ‘anha, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang menyukai madu dan juga manis-manisan. Biasanya, usai menunaikan shalat Ashar, beliau menemui para isteri-isterinya dan akhirnya mendekat dan menginap di tempat salah seorang dari mereka. Namun beliau selalu berdiam agak lama di tempat Hafshah binti Umar, maka aku merasa cemburu. Aku pun bertanya mencari info hal itu, dan dikatakanlah bahwa ada seorang wanita dari kaumnya yang telah memberikan madu padanya, lalu madu itu ia berikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka aku pun berkata, “Demi Allah, aku benar-benar akan berbuat sesuatu untuk beliau (mengerjai beliau).” Kemudian, kukatakanlah kepada Saudah binti Zam’ah, “Sesungguhnya beliau akan mendekatimu. Bila beliau hendak mendekatimu, maka tanyakanlah padanya, ‘Apakah Anda telah memakan Maghafir? ‘ dan beliau pasti akan menjawab: ‘Tidak.’ Karena itu katakanlah pada beliau, ‘Lalu bau yang saya dapatkan dari Anda ini bau apa? ‘ Dan beliau pun pasti akan menjawab: ‘Hafshah telah memberiku minuman madu.’ Sesudah itu, katakanlah pada beliau, ‘Lebah madu itu telah makan pohon bergetah yang baunya menjijikkan.’ Dan aku juga akan mengungkapkan seperti itu, dan kamu wahai Shafiyyah ungkapkan pula seperti itu.” Saudah berkata, “Demi Allah, tidaklah beliau kecuali berdiri di depan pintu. Dan aku pun ingin mengungkapkan apa yang kamu inginkan karena rasa takutku padamu.” Maka ketika beliau telah mendekat kepadanya, Saudah pun berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda telah makan buah Maghafir?” beliau menjawab: “Tidak.” Saudah bertanya lagi, “Lalu bau apa yang aku dapatkan dari Anda ini?” beliau menjawab: “Hafshah telah memberiku minuman madu.” Saudah berkata, “Lebah itu telah makan pohon bergetah yang baunya menjijikkan.” Dan ketika beliau berkunjung kepadaku, aku pun berkata seperti itu dan begitu pula di tempat Shafiyyah yang juga berkata seperti itu. Maka pada saat beliau menuju ke tempat Hafshah, Hafshah pun berkata, “Wahai Rasulullah, maukah Anda aku beri minuman madu itu?” beliau pun menjawab: “Aku tidak berhajat sedikit pun terhadap madu itu?” Akhirnya Saudah berkata, “Demi Allah, kita telah mengharamkannya.” Aku pun berkata padanya, “Diamlah kamu.”    Hadits Shahih Bukhari No 6197 :    Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Al Hajjaj] dari [Ibnu Juraij] menuturkan; [‘Atha`] berangggapan bahwa dirinya pernah mendengar [Ubaid bin Umair] mengatakan; aku pernah mendengar [‘Aisyah] menuturkan; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di rumah Zainab binti Jahsy dan meminum madu dirumahnya, maka aku dan Hafshah saling berwasiat bahwa siapa saja diantara kami berdua yang didatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kami mengatakan; ‘Aku menemukan bau pohon mighfar dimulutmu, apakah engkau telah makan buah mighfar? ‘ Nabi kemudian menemui salah satu dari keduanya dan dia mengatakan ucapan yang telah disepakati keduanya, namun Nabi justeru menjawab: “Tidak, bahkan aku minum madu di tempat Zainab binti Jahsy, dan sekali-kali aku tidak akan mengulanginya.” Maka turunlah ayat yang menegur Nabi; “Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan sesuatu yang telah Allah halalkan kepadamu’ dan surat, ‘jika kalian berdua bertaubat kepada Allah, ‘ ditujukan kepada Aisyah dan Hafshah. Dan firman-Nya; ‘Ingatlah ketika Nabi merahasiakan sebuah pembicaraan kepada sebagian isterinya, ‘ petikan ayat ini untuk ucapan Nabi yang mengatakan: ‘Namun aku minum madu.’ [Ibrahim bin Musa] berkata kepadaku; dari [Hisyam] dengan tambahan redaksi: “Saya sekali-kali tak akan mengulanginya selama-lamanya, saya telah bersumpah, maka janganlah kalian kabarkan kepada seorang pun.”    Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang shahih :    Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari Ibnu Abbas. Hadits ini mempunyai syaahid (penguat) di dalam ash-Shaahihul Bukhaarii dan Shahihu Muslim, bahwa Rasulullah saw minum madu di rumah Saudah, kemudian pergi ke rumah ‘Aisyah. ‘Aisyah berkata: “Aku mencium bau yang tidak sedap.” Kemudian Rasulullah datang ke rumah Hafsah, dan ia pun berkata seperti ucapan ‘Aisyah itu. Rasulullah saw bersabda: “Barangkali bau tersebut berasal dari minuman yang diminum di rumah Saudah. Demi Allah, saya tidak akan meminumnya lagi.” Maka turunlah ayat ini (at-Tahrim: 1-2) sebagai teguran kepada Rasulullah saw yang telah mengharamkan apa yang halal baginya.    Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad :    Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang bersumber dari ‘Abdullah bin Rafi’ bahwa ‘Abdullah bin Rafi’ bertanya kepada Ummu Salamah tentang ayat ini (at-Tahrim: 1). Ummu Salamah menjawab: “Ketika aku mempunyai madu putih yang kusimpan dalam satu wadah, Rasulullah saw mencicipinya karena beliau menyukai madu.” Berkatalah ‘Aisyah kepada Nabi Muhammad saw: “Rupanya madu yang tuan minum itu berasal dari tawon yang biasa mengisap ‘arfath (buah-buahan yang berbau busuk yang tidak disukai Rasul).” Seketika itu juga Rasulullah mengharamkan madu putih bagi dirinya. Ayat ini (at-Tahrim: 1) menegur Rasulullah saw yang mengharamkan sesuatu yang halal bagi dirinya.    Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Tahriim 1 :    Pada ayat ini Allah SWT menegur Nabi SAW. karena dia bersumpah tidak akan meminum lagi madu, padahal madu itu adalah minuman halal. Sebabnya hanyalah karena menghendaki kesenangan hati istri-istrinya. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari `Aisyah. Ia berkata: “Rasulullah SAW. itu suka yang manis-manis dan senang madu. Di kala ia kembali pada waktu Asar, ia pergi ke rumah istrinya. Waktu itu ia tinggal pada Zainab binti Jahasy dan minum madu di sana. Maka bersepakatlah `Aisyah dengan Hafsah bahwa siapa saja di antara mereka berdua didatangi Nabi SAW. hendaklah ia berkata kepadanya: Saya mencium dari engkau ya Rasulullah bau magafis (yaitu buah karet yang rasanya manis tetapi baunya busuk). Apakah engkau memakan magafis? “Nabi menjawab: “Tidak, tetapi saya hanya meminum madu di rumah Zaenab binti Jahasy. Kalau begitu, saya tidak akan mengulangi lagi dan saya telah bersumpah. Hal ini, ditegaskan di muka Hafsah karena kebetulan Hafsahlah yang didatangi. Maka Hafsah memberitahukan kepada Aisyah kejadian itu. Padahal Nabi SAW. Sangat merahasiakannya.

Tafsir surat At-Tahriim 1-5

Allah Swt. berfirman : Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu? Kamu ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS At-Tahriim 66 : 1).

Imam Al-Qurthubi menafsirkan ayat di atas, dengan menukil Hadis Riwayat Muslim dalam Shahihnya, dari ‘Aisyah r.a., dia meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Saw. bermalam di rumah Zainab binti Jahsy beliau meminum madu. Lalu ‘Aisyah bersepakat dengan Hafshah, siapa di antara mereka yang mampu membuat Rasulullah Saw mengiyakan pertanyaan, “Apakah engkau memakan maghafir’?” saat beliau masuk ke rumah mereka.

Akhirya, tibalah waktunya Nabi mendatangi salah satu dari kedua istri Nabi tersebut, dan kemudian beliau disodori pertanyaan tadi, yaitu “Aku mencium bau sesuatu darimu, apakah engkau telah memakan maghafir? ” Nabi menjawab, Tidak, aku hanya minum madu ketika berada di rumah Zainab binti Jahsy. Tapi, aku tidak akan pernah mengulanginya lagi (minum madu).” Lalu, turunlah ayat diatas.

Sementara itu, ‘Aisyah dan Hafshah juga disindir dengan firman Allah Swt :

Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebenaran). Sedangkan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang Mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula (QS At-Tahriim 66 : 4).

Sedangkan firman Allah Swt : Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya (Hafshah) suatu peristiwa (QS Al-Tahriim 66 : 3) 

Turun sebagai penjelasan dan respons terhadap sabda Nabi Saw, “Saya hanya minum madu.” Masih diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., dia mangatakan bahwa Rasulullah Saw menyukai makanan yang manis-manis dan madu. Di antara rutinitas Rasulullah Saw, jika beliau telah menunaikan shalat asar, beliau selalu mengelilingi rumah istri-istrinya dan mendekati mereka. Hingga suatu ketika beliau masuk ke rumah Hafshah dalam waktu yang lebih lama dari biasanya. Lalu aku pun menanyakan alasan beliau berlama-lama di sana. Hafshah menjawab, “Ada seorang perempuan yang menghadiahkan satu bejana madu sebagai persembahan dari kaumnya.  Madu tersebut saya suguhkan sebagai minuman bagi Rasulullah, saat beliau berada dirumahku.”

‘Aisyah berkata, “Demi Allah, kami atas nama istri-istri beliau, pasti akan melakukan konspirasi kepada beliau.” Lalu, rencana tersebut dia utarakan kepada Saudah. ‘Aisyah berkata kepadanya, “Wahai Saudah, ketika Rasul masuk ke rumahmu, beliau pasti akan mendekatimu. Jika beliau mendekat, tanyakan kepada beliau, “Apakah engkau telah memakan maghafir? Dan beliau pasti akan menjawab, “Tidak.” Oleh karena itu, susul dengan pertanyaan selanjutnya, “Lalu, wangi apakah ini?” Karena Nabi memang sangat wangi dan menyukai wewangian, maka beliau akan menjawab, “Hafshah telah menyuguhiku minuman madu.” Jika beliau mengatakan hal tersebut, katakan kepada Nabi, “Engkau telah memakan madu lebah ‘urfuth (yang mengandung wangi mirip khamar).”

Begitupun, ‘Aisyah juga meminta Shafiyyah untuk melakukan hal yang sama. ‘Aisyah beralasan, “Aku juga akan melakukan hal tersebut.”

Rencana ‘Aisyah tampaknya membuahkan hasil. Saudah bercerita, “Demi Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Hampir saja aku menyambut beliau dengan pertanyaan yang engkau sarankan, wahai Aisyah. Sesungguhnya beliau masih berada di depan pintu.”

Maka, pada saat Rasul masuk ke rumah Saudah r.a., dia bertanya kepada beliau, “Wahai Rasul, apakah engkau telah memakan maghafir (makanan yang baunya tidak sedap)?” Nabi Saw menjawab, “Tidak.” Dia bertanya lagi, “Lantas, wangi apakah ini?” Rasulullah Saw menjawab, “Ini adalah wangi madu. Saat saya berada di rumah Hafshah, saya disuguhi mimunan madu olehnya. Lebah madu telah memakan tanaman ‘urquth (pohon yang berbau tidak sedap).”

“Tibalah waktunya Nabi memasuki rumahku,”begitu gumam Aisyah. Tentunya, dia pun mengatakan hal yang serupa. Demikian pula, ketika Rasulullah Saw masuk ke rumah Shafiyyah, Nabi ditanya dengan pertanyaan yang sama. Namun, ketika Rasul masuk ke rumah Hafshah, dia (Hafshah) berkata, “Wahai Rasul, maukah engkau aku berikan minuman madu lagi?” Ternyata, Rasulullah Saw menjawab, “Sekarang, aku tidak perlu minum madu lagi.”

Aisyah melanjutkan ceritanya bahwa ketika mendengar kabar Nabi menjawab dengan ungkapan tersebut, Saudah berkata, “Subhanallah, demi Allah, kita telah rnembuat Nabi mengharamkan madu untuk dikonsumsi diri beliau.” Lalu ‘Aisyah menanggapi, “Wahai Saudah, diamlah.”

Kesimpulan, dari semua literatur Islam yang kita baca diatas perihal kisah ini maka dapat disimpulkan bahwa istri yang menyuguhkan minuman madu untuk Rasulullah Saw adalah Hafshah. Namun, jika kita memerhatikan riwayat sebelumnya, diterangkan bahwa Nabi Saw meminum madu saat berada di rumah Zainab binti Jahsy.

Bahkan, dalam riwayat yang lain dari Ibn Abi Malikah, dari Ibn Abbas, disebutkan bahwa Nabi meminum madu di rumah Saudah r.a. Ada juga yang berpendapat berdasarkan riwayat Asbath dari Al-Sudi, bahwa istri Nabi tersebut adalah Ummu Salamah. ‘Atha’ ibn Abi Muslim juga berpendapat demikian. Namun, Ibn Al-‘Arabi berkomentar, “Pendapat tersebut adalah dugaan yang tidak berdasarkan ilmu sama sekali.”

Jadi, sebab-sebab turunnya surah At-Tahrim (ayat 1-5) pada kisah yang dituding sebagai “Kisah antara Maria dan Muhammad SAW”  adalah pendapat yang lemah. Maka yang benar adalah seputar pengharaman madu, yang sanadnya langsung dari Aisyah yang kemudian dinukil dalam sebuah Hadist Shahih riwayat Bukhari:

Hadits Shahih Bukhari No 4862 :

Telah menceritakan kepadaku [Al Hasan bin Muhammad bin Shabbah] Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj] dari [Ibnu Juraij] ia berkata; [Atha`] berdalih bahwa ia mendengar [Ubaid bin Umair] berkata; Aku mendengar [Aisyah] radliallahu ‘anha berkata; Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah singgah di rumah Zainab binti Jahsy dan beliau juga minum madu di situ. Lalu aku dan Hafshah saling berpesan, bahwa siapa saja di antara kita yang ditemu oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendaklah ia berkata, “Sesungguhnya aku mendapatkan bau Maghafir. Apakah Anda habis makan maghafir?” akhirnya beliau pun masuk menemui salah seorang dari keduanya dan ia mengungkapkan kalimat itu pada beliau. Akhirnya beliau bersabda: “Tidak, akan tetapi aku hanya minum madu di tempat Zainab binti Jahsyin dan aku tidak akan mengulanginya lagi.” Maka turunlah ayat: “Wahai Nabi, kenapa kamu mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah…” hingga firman-Nya: “Jika kalian berdua bertaubat..” yakni kepada Aisyah dan Hafshah.”.. adapun kutipan ayat “Dan ketika Nabi berkata rahasia kepada sebagian isterinya…” yakni terkait dengan sabda beliau: “Bahkan aku hanya minum madu.”

Hadits Shahih Bukhari No 4863 :

Telah menceritakan kepada kami [Farwah bin Abu Al Maghra`] Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dari [Hisyam bin Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu ‘anha, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang menyukai madu dan juga manis-manisan. Biasanya, usai menunaikan shalat Ashar, beliau menemui para isteri-isterinya dan akhirnya mendekat dan menginap di tempat salah seorang dari mereka. Namun beliau selalu berdiam agak lama di tempat Hafshah binti Umar, maka aku merasa cemburu. Aku pun bertanya mencari info hal itu, dan dikatakanlah bahwa ada seorang wanita dari kaumnya yang telah memberikan madu padanya, lalu madu itu ia berikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka aku pun berkata, “Demi Allah, aku benar-benar akan berbuat sesuatu untuk beliau (mengerjai beliau).” Kemudian, kukatakanlah kepada Saudah binti Zam’ah, “Sesungguhnya beliau akan mendekatimu. Bila beliau hendak mendekatimu, maka tanyakanlah padanya, ‘Apakah Anda telah memakan Maghafir? ‘ dan beliau pasti akan menjawab: ‘Tidak.’ Karena itu katakanlah pada beliau, ‘Lalu bau yang saya dapatkan dari Anda ini bau apa? ‘ Dan beliau pun pasti akan menjawab: ‘Hafshah telah memberiku minuman madu.’ Sesudah itu, katakanlah pada beliau, ‘Lebah madu itu telah makan pohon bergetah yang baunya menjijikkan.’ Dan aku juga akan mengungkapkan seperti itu, dan kamu wahai Shafiyyah ungkapkan pula seperti itu.” Saudah berkata, “Demi Allah, tidaklah beliau kecuali berdiri di depan pintu. Dan aku pun ingin mengungkapkan apa yang kamu inginkan karena rasa takutku padamu.” Maka ketika beliau telah mendekat kepadanya, Saudah pun berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda telah makan buah Maghafir?” beliau menjawab: “Tidak.” Saudah bertanya lagi, “Lalu bau apa yang aku dapatkan dari Anda ini?” beliau menjawab: “Hafshah telah memberiku minuman madu.” Saudah berkata, “Lebah itu telah makan pohon bergetah yang baunya menjijikkan.” Dan ketika beliau berkunjung kepadaku, aku pun berkata seperti itu dan begitu pula di tempat Shafiyyah yang juga berkata seperti itu. Maka pada saat beliau menuju ke tempat Hafshah, Hafshah pun berkata, “Wahai Rasulullah, maukah Anda aku beri minuman madu itu?” beliau pun menjawab: “Aku tidak berhajat sedikit pun terhadap madu itu?” Akhirnya Saudah berkata, “Demi Allah, kita telah mengharamkannya.” Aku pun berkata padanya, “Diamlah kamu.”

Hadits Shahih Bukhari No 6197 :

Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Al Hajjaj] dari [Ibnu Juraij] menuturkan; [‘Atha`] berangggapan bahwa dirinya pernah mendengar [Ubaid bin Umair] mengatakan; aku pernah mendengar [‘Aisyah] menuturkan; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di rumah Zainab binti Jahsy dan meminum madu dirumahnya, maka aku dan Hafshah saling berwasiat bahwa siapa saja diantara kami berdua yang didatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kami mengatakan; ‘Aku menemukan bau pohon mighfar dimulutmu, apakah engkau telah makan buah mighfar? ‘ Nabi kemudian menemui salah satu dari keduanya dan dia mengatakan ucapan yang telah disepakati keduanya, namun Nabi justeru menjawab: “Tidak, bahkan aku minum madu di tempat Zainab binti Jahsy, dan sekali-kali aku tidak akan mengulanginya.” Maka turunlah ayat yang menegur Nabi; “Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan sesuatu yang telah Allah halalkan kepadamu’ dan surat, ‘jika kalian berdua bertaubat kepada Allah, ‘ ditujukan kepada Aisyah dan Hafshah. Dan firman-Nya; ‘Ingatlah ketika Nabi merahasiakan sebuah pembicaraan kepada sebagian isterinya, ‘ petikan ayat ini untuk ucapan Nabi yang mengatakan: ‘Namun aku minum madu.’ [Ibrahim bin Musa] berkata kepadaku; dari [Hisyam] dengan tambahan redaksi: “Saya sekali-kali tak akan mengulanginya selama-lamanya, saya telah bersumpah, maka janganlah kalian kabarkan kepada seorang pun.”

Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang shahih :

Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari Ibnu Abbas. Hadits ini mempunyai syaahid (penguat) di dalam ash-Shaahihul Bukhaarii dan Shahihu Muslim, bahwa Rasulullah saw minum madu di rumah Saudah, kemudian pergi ke rumah ‘Aisyah. ‘Aisyah berkata: “Aku mencium bau yang tidak sedap.” Kemudian Rasulullah datang ke rumah Hafsah, dan ia pun berkata seperti ucapan ‘Aisyah itu. Rasulullah saw bersabda: “Barangkali bau tersebut berasal dari minuman yang diminum di rumah Saudah. Demi Allah, saya tidak akan meminumnya lagi.” Maka turunlah ayat ini (at-Tahrim: 1-2) sebagai teguran kepada Rasulullah saw yang telah mengharamkan apa yang halal baginya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad :

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang bersumber dari ‘Abdullah bin Rafi’ bahwa ‘Abdullah bin Rafi’ bertanya kepada Ummu Salamah tentang ayat ini (at-Tahrim: 1). Ummu Salamah menjawab: “Ketika aku mempunyai madu putih yang kusimpan dalam satu wadah, Rasulullah saw mencicipinya karena beliau menyukai madu.” Berkatalah ‘Aisyah kepada Nabi Muhammad saw: “Rupanya madu yang tuan minum itu berasal dari tawon yang biasa mengisap ‘arfath (buah-buahan yang berbau busuk yang tidak disukai Rasul).” Seketika itu juga Rasulullah mengharamkan madu putih bagi dirinya. Ayat ini (at-Tahrim: 1) menegur Rasulullah saw yang mengharamkan sesuatu yang halal bagi dirinya.

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Tahriim 1 :

Pada ayat ini Allah SWT menegur Nabi SAW. karena dia bersumpah tidak akan meminum lagi madu, padahal madu itu adalah minuman halal. Sebabnya hanyalah karena menghendaki kesenangan hati istri-istrinya. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari `Aisyah. Ia berkata: “Rasulullah SAW. itu suka yang manis-manis dan senang madu. Di kala ia kembali pada waktu Asar, ia pergi ke rumah istrinya. Waktu itu ia tinggal pada Zainab binti Jahasy dan minum madu di sana. Maka bersepakatlah `Aisyah dengan Hafsah bahwa siapa saja di antara mereka berdua didatangi Nabi SAW. hendaklah ia berkata kepadanya: Saya mencium dari engkau ya Rasulullah bau magafis (yaitu buah karet yang rasanya manis tetapi baunya busuk). Apakah engkau memakan magafis? “Nabi menjawab: “Tidak, tetapi saya hanya meminum madu di rumah Zaenab binti Jahasy. Kalau begitu, saya tidak akan mengulangi lagi dan saya telah bersumpah. Hal ini, ditegaskan di muka Hafsah karena kebetulan Hafsahlah yang didatangi. Maka Hafsah memberitahukan kepada Aisyah kejadian itu. Padahal Nabi SAW. Sangat merahasiakannya.

Referensi :

No comments:

Post a Comment