Pages

Tuesday 19 November 2013

Para Jomblo Berfatwa


Ane pernah mendengar keluhan dari para jombloers yang mengatakan bahwa: Katanya laki-laki/perempuan yang keji untuk laki-laki/perempuan yang keji, dan laki-laki/perempuan yang baik untuk laki-laki/perempuan yang baik tapi pada kenyataanya tidak demikian. 

Kayaknya para jomblowers itu mengutip dari salah satu ayat Al-Quran. Para jomblowers itu salah kaprah. Ayat itu turun karena fitnahan kaum munafik terhadap Siti Aisyah ra.

Kalimat tersebut diambil dari salah satu ayat suci Al-Quran, surat An-Nur 26:

الْخَبِيثَاتُلِلْخَبِيثِينَوَالْخَبِيثُونَلِلْخَبِيثَاتِوَالطَّيِّبَاتُلِلطَّيِّبِينَوَالطَّيِّبُونَلِلطَّيِّبَاتِأُوْلَئِكَمُبَرَّؤُونَمِمَّا يَقُولُونَلَهُممَّغْفِرَةٌوَرِزْقٌكَرِيمٌ

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (syurga).


Baiklah, Ane yang awam ini  akan mencoba untuk menjelaskan sebab musabab turunnya ayat tersebut. Ayat ini turun berdasarkan fitnahan kaum munafik terhadap Siti Aisyah istri Rasulullah. Kisahnya sebagai berikut:

Kejadiannya pada saat kepulangan dari perang melawan Bani Musthakiq tahun ke 5 hijriyah. Dalam perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum muslimin berhenti di suatu tempat di dekat Kota Madinah. Saat itulah Siti Aisyah menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, Siti Aisyah yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu Siti Aisyah tidak menyadari bahwa beliau tidak berada di dalamnya.

Setelah sekian lama ia mencari kalung tersebut,namun kalung itu tak ditemukannya. Karena itulah Siti Aisyah kembali menuju tandunya. Namun, ketika sampai ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka, Siti Aisyah hanya bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang kembali. Terlalu lama menungu, akhirnya Siti Aisyah mengantuk hingga akhirnya tertidur.

Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani ra lewat. Shafwan ini bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra, Shafwan pun berkata,
"Innalillahi Wa inna Ilaihi Roji'un," kata Shafwan dengan terkejut.

Shafwan pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Siti Aisyah ra. Sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Siti Aisyah ra. Mereka berdua akhirnya berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.

Orang-orang yang menyaksikan kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya. Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan. Fitnah itu dengan cepat beredar hingga di Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum Muslimin.

Karena tuduhan berselingkuh tersebut, sampai-sampai Rasululah SAW menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah. Diceritakan Aisyah, karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit.

"Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit, aku tidak melihat kelembutan dari Nabi SAW seperti biasa yang aku lihat ketika aku sakit. Beliau hanya mengucapkan salam, lalu bertanya, "Bagaimana keadaanmu," kemudian pergi," kata Siti Aisyah yang terdapat pada kitab An-Nihayah fi Gharib al-Hadits.

Kondisi fitnah itu tentu menyebar hingga mencapai satu bulan lamanya. Dan selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian, Allah SWT mengabarkan berita gembira kepada Nabi SAW yang menyatakan bahwa Aisyah ra terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu.

Penegasan Allah SWT itu terangkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nur ayat 11-26.
Dengan turunnya ayat tersebut, terbebaslah Siti Aisyah ra dari tuduhan keji itu, hingga berbahagialah Rasululah SAW beserta sahabat-sahabat setianya.
















No comments:

Post a Comment